Salahsatu bentuk rezeki Allah kepada kita, Dia kelilingi kita dengan orang-orang yang baik. Yang Dikehendaki Allah. Allah meluaskan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya (bagi siapa yang Dia kehendaki). - (QS. Ar-Ra'd: 26) Tak disangka-sangka
SEPANJANG hidup seorang manusia, pasti akan ada kerisauan. Antara kerisauan yang sering menghantui manusia adalah berkaitan persoalan rezeki mempunyai kesan yang amat besar dalam kehidupan manusia, lebih-lebih lagi ketika pandemik koronavirus Covid-19 solat sunat yang paling popular dalam kalangan umat Islam juga adalah berkaitan rezeki. Bukan salah tetapi itulah hakikatnya. Bahkan, jika kita lihat pada masyarakat yang percaya akan tok bomoh, tok pawang, pelaris, tangkal, dan sebagainya, kebanyakannya berkaitan rezeki. Ya, ada yang sanggup melakukan perkara khurafat demi rezeki orang ada rezeki masing-masing di dunia ini sebagaimana firman ALLAH SWT dalam surah Hud, ayat 6 yang bermaksud, “Tidak ada satu makhluk pun yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin ALLAH rezekinya.”Lebih banyak kita usaha, maka dengan izin ALLAH, lebih banyak rezeki yang akan dapat sebagaimana firman ALLAH SWT dalam surah an-Najm, ayat 39 yang bermaksud “Tidaklah manusia mendapatkan apa-apa kecuali yang dikerjakannya.”Bagaimanapun, kita perlu tahu setiap rezeki yang kita peroleh, ada hak dan bahagian orang lain. Ia bukannya milik kita secara mutlak. Barangkali ia juga milik ibu dan bapa kita, adik-beradik, saudara mara, orang susah dan golongan asnaf yang memerlukan. Kita perlu kongsi. Yang kita kongsi itulah yang akan kekal dan berguna di akhirat harta yang kita miliki, pastinya ada bahagian untuk orang lain yang lebih memerlukan sebagaimana firman ALLAH SWT dalam surah al-Baqarah, ayat 245 yang bermaksud, “Siapa yang memberi pinjaman pada jalan ALLAH, pinjaman yang baik infak dan sedekah, maka ALLAH akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak.”Marilah kita sama-sama berkongsi rezeki kita dengan mereka yang memerlukan di sekeliling kita. Mungkin ada jiran tetangga yang kelaparan kerana sudah putus bekalan makanan ataupun orang sekampung yang kehabisan susu untuk diberikan kepada anak kecil sehingga perlu diganti dengan air menuding jari kepada Jabatan Kebajikan Masyarakat JKM atau pusat zakat negeri kerana tidak membantu. Usah mengecam wakil rakyat atau penghulu kampung yang tidak sempat kalanya mereka dibantu tetapi masih tidak cukup. Anggaplah ini peluang bagi kita untuk menambah kagum dengan sikap dan cara kerja Ustaz Ebit Lew yang selalu menjadi antara orang pertama menghulurkan bantuan kepada golongan yang ditimpa beliau meliputi hampir setiap negeri dan golongan rakyat yang hidup dalam Ustaz Ebit Lew berjaya mencetuskan gelombang kesedaran dalam kalangan anggota masyarakat bahawa masih ramai yang lebih susah daripada kita dan memerlukan pelbagai bantuan untuk meneruskan masih memerlukan lebih ramai lagi dermawan seperti Ustaz Ebit Lew kerana bilangan orang miskin yang memerlukan bantuan masih ramai di luar kongsi rezeki kita dengan mereka yang memerlukan. Sesungguhnya dalam rezeki kita, ada hak orang lain.* Dr Johari Yap ialah Naib Presiden Macma Malaysia dan Pengerusi Macma Kelantan
Disetiap rezeki yang Allah berikan kepada kita ada sebagian rezeki orang yang di titipkan kepada kita, jadi banggalah ketika titipan itu di ambil oleh pemiliknya, brarti kita telah jadi distributor yg baik, lebih baik memberi sebelum di pinta. .dengan shadaqah. .
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Setiap orang berusaha dan berjuang untuk menjemput rezeki agar dapat memenuhi kebutuhan dan memberi manfaat untuk dirinya, keluarga, kerabat, dan lingkungan sosial. Tidak ada rezeki yang turun dari langit, tetapi harus diupayakan dengan cara-cara yang halal dan benar. Bukan asal comot dan serobot yang bukan haknya. Semua sudah ada porsinya yang tidak mungkin tertukar/salah. Kalau sudah rezekinya pasti akan sampai ditangan kita. Sebaliknya bila belum rezeki kita, dikejar sampai ujung duniapun akan terlepas, seperti "fatamorgana", semakin dikejar semakin menjauh. Dalam hukum agama yang saya anut ada kewajiban menyisihkan sebagian rezeki minimal 2,5 persen yang menjadi hak orang lain kaum dhuafa. Tidak heran kalau pada bulan suci Ramadan saat yang tepat untuk menghitung zakat maal yang harus dibayarkan kepada yang berhak. Lebih diutamakan untuk keluarga terdekat bila masih ada yang membutuhkan, untuk mensucikan rezeki yang dimilik agar halal dan barokah. Secara fakta dan matematis rezeki yang diberikan berkurang, namun sangat diyakini sejatinya akan mendapat ganti yang tidak terduga-duga, bertambah berlipat ganda, bukan hanya berujud ini orang selalu beranggapan bahwa rezeki itu berupa nilai rupiah alias uang yang bisa dijumlah nominalnya. Semakin banyak nilai nominal rupiahnya yang diperoleh berarti semakin sukses hidupnya. Anggapan ini sah-sah saja, namun untuk mendapatkan rezeki banyak dan barokah perlu proses panjang, kerja keras dan kerja cerdas. Ibaratnya orang lain sudah terlelap di peraduan, ia masih berjuang, berpikir, berinovasi, bekerja untuk menghasilkan karya nyata yang dapat memberi manfaat bagi banyak orang. Jadi tidak ada dalilnya seorang "pemalas" tanpa kerja keras dan cerdas mendapatkan rezeki banyak seperti "durian runtuh", kecuali melakukan tindakan tercela dan bahwa uang hanya salah satu rezeki yang dimiliki oleh setiap orang. Masih banyak rezeki yang kita miliki tetapi tidak pernah dirasakan karena tidak berwujud lembaran kertas yang mempunyai nilai. Akibatnya orang sangat senang mendapatkan uang banyak, saking kepinginnya jalan pintaspun ditempuh. Tanpa pernah berpikir panjang dan resiko yang akan dihadapi berupa sanksi hukum dan non hukum sosial, agama, adat setempat. Padahal sebelum sanksi hukum dijatuhkan, sudah menerima sanksi sosial, dikucilkan, didiamkan, "dibully". 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
GarisTangan Orang Kaya Pembawa Rezeki Dari 3 Alam. Istri Jangan Lakukan ini Pada Suami, Hukuman dan Dosanya ada Dalam Hadis, Kata Syekh Ali Jaber; Terkini. Suka Membantu Orang Lain, Rezeki 7 Weton Ini Selalu Datang Tanpa Terduga Kata Primbon Jawa 4 Agustus 2022, 23:35 WIB.
JAKARTA – Alquran menjelaskan tujuan rezeki manusia berbeda-beda, ada yang berkecukupan, ada yang lebihan dan ada yang kekurangan. Salah satu tujuan dari itu adalah agar manusia saling membantu dan berbagi. Namun, selalu saja ada manusia yang serakah dan egois sehingga tidak mau berbagi rezeki. Hal ini dijelaskan dalam Surat An Nahl Ayat 71 dan tafsirnya. وَاللّٰهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ فِى الرِّزْقِۚ فَمَا الَّذِيْنَ فُضِّلُوْا بِرَاۤدِّيْ رِزْقِهِمْ عَلٰى مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُمْ فَهُمْ فِيْهِ سَوَاۤءٌۗ اَفَبِنِعْمَةِ اللّٰهِ يَجْحَدُوْنَ “Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang yang dilebihkan rezekinya itu tidak mau memberikan rezekinya kepada para hamba sahaya yang mereka miliki, sehingga mereka sama-sama merasakan rezeki itu. Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?” QS An Nahl ayat 71. Tafsir Kementerian Agama menerangkan, dalam ayat ini, Allah SWT menyebutkan perbedaan rezeki manusia. Allah SWT menjelaskan bahwa Allah melebihkan rezeki sebagian manusia dari sebagian manusia yang lain. Ada manusia yang kaya, ada pula yang fakir, ada manusia yang menguasai sumber-sumber rezeki, dan ada manusia yang tidak memperoleh rezeki yang memadai bagi kehidupannya. Semuanya bertujuan agar satu sama lain saling menolong karena saling membutuhkan. Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa di antara orang-orang yang diberi rezeki lebih, ada yang tidak mau memberikan sedikit pun rezekinya kepada orang-orang yang bekerja kepadanya yang semestinya mendapat bagian. Padahal antara orang-orang yang menguasai dan dikuasai, antara tuan dan budak, sama-sama berhak atas rezeki itu. Oleh karenanya, sepantasnyalah rezeki itu didistribusikan secara adil dan merata kepada semua pihak. Apabila pemilik modal merasa berhak mendapat keuntungan karena modal yang dimilikinya, pekerja hendaknya diberi penghasilan sesuai dengan kemampuannya, supaya pemilik modal dan pekerja sama-sama menikmati sumber-sumber penghasilan itu. ضَرَبَ لَكُمْ مَثَلًا مِنْ أَنْفُسِكُمْ ۖ هَلْ لَكُمْ مِنْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ مِنْ شُرَكَاءَ فِي مَا رَزَقْنَاكُمْ فَأَنْتُمْ فِيهِ سَوَاءٌ تَخَافُونَهُمْ كَخِيفَتِكُمْ أَنْفُسَكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ "Dia membuat perumpamaan bagimu dari dirimu sendiri. Apakah kamu rela jika ada di antara hamba-sahaya yang kamu miliki, menjadi sekutu bagimu dalam memiliki rezeki yang telah Kami berikan kepadamu, sehingga kamu menjadi setara dengan mereka dalam hal ini, lalu kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada sesamamu. Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengerti." QS Ar Rum ayat 28 Di akhir ayat, Allah SWT mengingatkan bahwa semua itu adalah nikmat-Nya. Oleh karena itu, mereka seharusnya mensyukuri nikmat itu dengan tidak memonopoli sumber-sumber penghasilan itu untuk kepentingan kelompok atau golongan tertentu.
Disetiap rezeki yang Allah berikan kepada kita ada bahagian rezeki orang lain. Sesungguhnya Allah meluaskan dan menyempitkan sebahagian rezeki hamba-Nya. Allah SWT berfirman: Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)".
Apabila membaca tajuk berita yang telah dikeluarkan oleh Sinar Harian mengenai 820 juta penduduk dunia mengalami kebuluran, saya tertarik untuk berkongsi pengalaman kami ketika mengagihkan makanan kepada gelandangan di Chow Kit lewat tahun 2014 bersama dengan beberapa orang aktivis lain lagi. Mereka yang tinggal di jalanan ini digelar sebagai gelandangan, yang hanya mempunyai kotak dan beberapa alatan lain untuk dijadikan sebagai alas dan lapik tidur. Pada kali pertama saya menjejakkan kaki ke situ, hiba dan sayu, hanya itu perasaan yang mampu saya ungkapkan. Keadaan mereka yang kurang terurus dan tidur dalam keadaan yang dingin membuatkan saya kembali menyingkap keselesaan hidup yang saya ada jika dibandingkan dengan mereka yang tiada apa-apa. Mereka hanya mampu mengharapkan belas ihsan dan sedikit bantuan daripada insan yang serba-serbi cukup harta untuk dikongsi, baik dari segi tenaga, makanan mahupun benda. Apabila saya menghampiri seorang pak cik yang umurnya lewat 40-an, tidak henti-henti wajahnya mengukir senyum dan mengucapkan terima kasih. Tidak dapat saya gambarkan bagaimana perasaannya ketika itu, tapi saya tahu hatinya penuh dengan kesyukuran apabila munculnya rezeki yang tidak disangka. Beliau sempat bercerita kepada saya – “Malam tadi ada orang beri makanan pada pak cik, tapi pak cik dah beri pada orang lain sebab kesian tengok dia minta makanan. Hari ini, tuhan dah berikan pak cik makanan yang lagi sedap dan banyak. Terima kasih.” Dari situ saya sedar dan akui satu benda, iaitu apabila kita memberi, Allah juga akan memberi. Kadang-kadang, kita akan berkira dengan rezeki tuhan, rasa liat atau takut untuk memberi kerana bimbang jika wang pada hari tersebut tidak mencukupi. Namun, apabila mengingat semula kalam Allah atau hadis nabi berkenaan kelebihan berkongsi rezeki. Walau bagaimanapun, sebenarnya banyak kelebihan dan ganjaran pahala yang telah Allah gambarkan melalui kalamNya dan juga perbuatan yang telah nabi tinggalkan untuk diteladani oleh kita semua. Memberi Menjadikan Kita Tenang Dengan memberi, kita akan merasa lebih tenang, rezeki akan menjadi lebih lapang dan hati kita akan lebih gembira tatkala melihat orang yang menerima pemberian dari kita mengukir senyuman dan mengucapkan terima kasih. Rasulullah juga pernah berpesan, jangan takut untuk berkongsi, kerana dalam rezeki kita, ada rezeki orang lain. Saya kembali mengimbau kata-kata yang pernah diucapkan oleh seorang ustaz ketika di bangku sekolah, “Duit yang berada di dalam dompet kita, belum tentu milik kita sepenuhnya. Apabila dibelanjakan, ia akan habis dan tidak memberikan pulangan sama ada di dunia atau saham untuk akhirat. Namun, duit atau harta yang kita sedekahkan sudah pasti akan menjadi saham dan kepunyaan kita di akhirat.” Dalam dan sarat makna. قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ ۚ وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ “Katakanlah wahai Muhammad “Sesungguhnya Tuhanku memewahkan rezeki bagi sesiapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya, dan Ia juga yang menyempitkan baginya; dan apa sahaja yang kamu dermakan, maka Allah akan menggantikannya; dan Dia lah jua sebaik-baik Pemberi Rezeki.”Surah Saba, 3439 Lalu, apabila dilihat berita-berita berkenaan kebuluran dan kesusahan yang dialami manusia di seluruh dunia, ia membuatkan nilai kemanusiaan dalam diri terusik. Lagi tersentuh apabila banyaknya bantuan dari sudut harta, benda dan makanan serta tenaga yang disalurkan bagi meringankan beban mereka. Walau ia tidak dapat membantu secara seratus-peratus, namun sekurangnya ia mampu meringankan sedikit beban yang digalas di bahu dan hati mereka. Mungkin kita tidak merasakan kesan daripada kesusahan mereka kerana kita sedang berada dalam zon yang selesa. Kita melihat banyak makanan yang dibuang berbanding yang tidak mencukupi. Di kedai-kedai makan, kita melihat banyak makanan yang tidak dihabiskan dan ditinggalkan begitu sahaja berbanding yang masuk ke dalam mulut. Malah, dalam berita yang ditulis itu juga menyebut bahawa lebih 830 juta orang di dunia yang mengalami obesiti malah, statistik itu dijangka meningkat melebihi mereka yang mengalami kebuluran. Di saat kita bermewah-mewah dengan makanan sehingga mengundang kepada pembaziran, saudara kita sebaliknya. Kita bukanlah membantu atau memberi atas dasar Islam tetapi atas nama kemanusiaan. Jika kita tidak mampu, maka bantulah sekadar yang termampu. Jika tidak punya wang, boleh disalurkan dari sudut tenaga. Jika tidak punya masa, boleh dikirimkan doa sebagai senjata. Setiap yang kita lakukan mampu memberi impak yang besar kepada semua orang dan dipandang besar oleh Allah. Disebabkan itu, jangan memperlekehkan usaha dan cara orang yang membantu. Ada yang misinya membantu golongan gelandangan, ada yang membantu golongan orang Asli, ada yang membantu mangsa perang dan sebagainya. Semoga dengan usaha itu, mampu menambahkan saham kita di akhirat kelak. Kesimpulan Dengan berkongsi, kita akan merasa lebih tenang dan mampu memberi ketenangan kepada orang lain, sekali gus ia akan menjadi saham yang banyak untuk kita di akhirat kelak. Jangan simpan perasaan bahawa rezeki kita tidak akan cukup, namun tetapkanlah di hati bahawa Allah akan ganjarkan dengan yang lebih baik. Wallahu a’lam. Kongsikan Artikel Ini Nabi Muhammad berpesan, “sampaikanlah dariku walau satu ayat” dan “setiap kebaikan adalah sedekah.” Apabila anda kongsikan artikel ini, ia juga adalah sebahagian dari dakwah dan sedekah. Insyallah lebih ramai yang akan mendapat manafaat. Fizah Lee Merupakan seorang graduan Universiti Islam Antarabangsa Malaysia dalam bidang Bahasa Melayu untuk Komunikasi Antarabangsa. Seorang yang suka membaca bahan bacaan dalam bidang sejarah dan motivasiKita biasa mendengar orang berkata,dalam rezeki kita ada rezeki ringkas kita lihat ada bahagian rezeki kita yg mungkin berkongsi dengan orang iaitu yg wajib adalah zakat dari bahagian rezeki wajib diberi kpd asnaf,yang sunat ialah sedekah jariah dan yg harus adalah bila kita belanjakan untuk membeli barang atau membayar Allah kekadang menurunkan rezeki terus kpd hambanya,kekadang rezeki hambanya turun menerusi orang lain,yg inilah yg disebut dlm rezeki kita ada rezeki harta itu diwajibkan oleh Allah sebagai asas bahawa dlm rezeki kita ada rezeki orang,kita wajib bagaikan Allah nak menunjuk teladan bahawa kita kena berkongsi disarankan dlm quran supaya kita bersedekah jariah sebagai amalan rezeki yg kita perolehi ada bahagian yg tidak tetap untuk menjadi rezeki orang melalui sedekah jariah sebagai tukaran kepada ganjaran disisi bersedekah ini Allah tunjukkan sebagai contoh dg bandingan jika kita memangkas pokok,ia akan bertunas lebih banyak cabangnya,jika biji benih ditabur,ia akan tumbuh dan menghasilkan lebih banyak buah dari benih tadi,maka jika rezeki kita dikongsi dlm sedekah jariah,janji Allah ia akan tambahkan lagi rezeki,kerana Allah menjadikan kita sebagai saluran orang lain mendapat Rezeki TuhanJadi amat bertuah orang yg bersedekah kerana ia mendapat ganjaran pahala dan bila Allah menambah rezekinya,menjadikan dia saluran untuk orang lain dapat rezeki,ganjaran pahalanya sedekah jariah,moga Allah menyalurkan rezekiNya kpd orang lain,menerusi kita,tetapi jika kita peroleji reseki dan menggenggam rapat,mungkin Allah tidak lagi menyalurkan rezeki orang menerusi kita membeli,kita juga seperti jalan untuk Allah salurkan rezeki kpd peniaga,sebab itu bila membeli sebaiknya pilihlah yg seagama,jangan terlalu berkira tentang qualiti dan quantiti kerana ada nilai lain yg lebih baik iaitu kita secara tidak langsung membantu dan menyampaikan rezeki kpd peniaga itu Islam menjadikan jual beli juga sebagai ibadat dg akad serta ingatan tentang hal ini bila membeli,kita bagaikan jalan Allah memberi rezeki kpd kita mengupah orang membuat kerja, secara tidak langsung seperti rezeki orang dlm rezeki secara sepatutnya,jangan terlalu berkira,jangan menangguh upah kerana jika ditangguh ibarat kita menangguh bersabda,lunaskan upahnya sebelum kering peluhnya,membayangkan suruhan disegera bayar bila menguoah orang bekerja,ingatlah dlm rezeki kita ada rezeki orang,bersyukurlah kerana Allah memilih kita untuk menyalurkan rezeki kpd orang anda peniaga atau usahawan yg ada pekerja,ingatlah dlm rezeki kita ada rezeki pekerja yg kita bayar secara beramanah,berpatutan,kerana hakikatnya Allah menyalur rezeki pekerja kita menerusi kita sebagai sebenarnya ibarat menumpang’ rezeki pekerja yg Allah turun menerusi kita,maka ambillah yg patut dan berkongsilah dg pekerja dg memberi gaji yg baik dan bonus bila untung bertambah,moga Allah tambah lagi rezeki kerana kita amanah,kita tidak mengaut semua untung kepada diri dan pekerja sepatutnya berganding mengait rezeki dari Allah dan rezeki kita ada rezeki orang lain, berkongsi rezeki, kongsi rezeki, bayar zakat, bersedekah, berwakafJika kita seorang ketua keluarga,ingatlah rezeki yg kita perokehi bukan rezeki kita seorang terapi juga rezeki anak isteri yg Allah turunkan menerusi sewajarnya dikongsi,bukan dipelahap bergaya dg kereta,pakaian hebat,makan sedap-sedap,tetapi anak isteri lebih kurang teruk bapa yg berbelanja rezeki keluarga dg yg haram seperti merokok,kerana setiap sen dari kocek seorang bapa,ada bahagian rezeki anak bukan duit abah tapi duit kita sekeluarga yg Allah turunkan dalam bentuk hasil usaha wajibkan disucikan pendapatan dengan berzakat,sebagai teladan,marilah kita sucikan rezeki ddngan bersedekah kita menginsafi dalam rezeki kita,ada rezeki dengan sebaiknya dan penuh amanah. Wallahu a’lam – abdghaniharonDALAM REZEKI KITA ADA HAK UNTUK ORANG LAIN. 241 13 423 4 265 476 138 217