Inilahketurunan raden kian santang dan ulasan lainnya yang berkaitan erat dengan topik keturunan raden kian santang serta aneka informasi dunia misteri yang Anda butuhkan. Silhkan klik pada judul artikel-artikel berikut ini untuk membaca penjelasan lengkap tentang keturunan raden kian santang. Semoga bermanfaat!
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. KIAN Santang adalah Tokoh tasawuf dari tanah pasundan yang ceritanya sangat me-logenda khususnya di hati masarakat pasundan; dan kaum tasawuf ditanah air pada umumnya. Tapi taukah anda, jika sebenarnya tokoh Kian-Santang ini, pertama kali berhembus di bumi Pasundan dikisahkan oleh Raden CAKRABUANA atau pangeran walangsungsang ketika menyebarkan Islam di tanah Cirbon sampai Pasundan. Pangeran Cakrabuana adalah anak dari Prabu Sili-Wangi atau Jaya Dewata Raja Pajajaran, yang dilahirkan dari permisuri ketiga yang bernama Nyi Subang Larang. Mengapa mereka menyebarkan Islam? Karena Subang-larang adalah murid dari mubaliq kondang yaitu Syeh Maulana-Hasanudin atau terkenal dengan Sebutan Syeh Kuro krawang. Bermula dari, Ketika raden Walangsungsang memilih untuk pergi meninggalkan Galuh Pakuan atau Pajajaran, yang di sbeapkan oleh ke-berbeda-an haluan dengan keyakinan yang ayahnya peluk, yakni agama "shangyang", pada waktu itu. Diriwayatkan beliau berkelana mensyi'arkan islam bersama adiknya yaitu Rara santang-ibu dari syarif hidayatullah atau sunan gunung jati-dengan membuka perkampungan dipesisir utara dengan bantuan Ki-Gendeg Tapa atau kakeknya - ayah dari nyi subang larang. Dan, perkampungan inilah yang akhirnya menjadi cikal-bakal kerajaan caruban atau Kasunanan Cirebon yang sekarang adalah "kota madya cirebon" Logenda Kian-Santang-Red, diambil dari sebuah kisah nyata, dari tanah pasundan tempo dulu yang epik cerita-nya tersimpan rapi berbentuk sebuah buku di perpustakaan kerajaan pajajaran-ini berkaitan erat dengan tebakan para peneliti yang menyatakan bahwa naskah Serat Wangsakerta adalah palsu yang alasannya tinta yang digunakan untuk menulis kitab Wangsakerta terlalu muda dibanding KItabnya, disitu diperkirakan ada sebagian naskah yang hilang. bisa jadi naskah yang hilang tersebut adalah cerita tentang Kian Santang. Pajajaran memiliki kitab terntang cerita Kian Santang alasannya adalah, Karena pajajaran adalah hasil dari penyatuan dua kerajaan antara Galuh dan kerajaan Sunda Pura. Yang dimana kerajaan Galuh dan Sundapura pun adalah dua kerajaan pecahan dari Kerajaan Tarumanegara, yang di masa prabu PURNA-WARMAN yaitu raja ketiga dari kerajaan Tarumanegara, sengaja di bangun istana baru yaitu Sundapura pertama kali istilah Sunda ada dan kemudian oleh Trusbawa menantu - Linggawarman Raja ke 12 atau Raja terakhir - di jadikanlah Ibu kota tersebut menjadi kerajaan Sunda Pura. Sedangkan, Galuh dijadikan hadiah pada Writekandayu adik dari Gagak Lumayung karena berhasil mengusir penjajah Dinasti Tang 669m yang hendak menguasai Tarumanegara. Ini jika mengacu pada tahun, karena tahun 669 diperkirakan masa hidup Saydina Ali tokoh sentral dalam kisah Kian Santang ini. Dan, Jaya Dewata adalah orang yang menyatukan kembali dua pecahan Kerajaan Tarumanegara menjadi satu kembali dengan nama baru yakni Pajajaran, dengan jalan mengawini kedua putri dari kedua kerajaan tersebut. Karena pada waktu itu kedua kerajaan tersebut tidak mempunyai putra maka secara otomatis kedua kerajaan tersebut menjadi hak waris Jaya Dewata. Di mana di kisahkan dalam buku tersebut ; tersebutlah pada waktu itu yaitu abad ke 6m atau tahun 669m pernah terdapat putra mahkota yang sakti mandraguna keturunan Bagawan Manikmaya atau Cicitnya yang masih berdarah kerajaan Taruma Negara. Karena Bagawan Manikmaya kawin dengan putri Singawarman Raja Tarumanegara ke 7 yang bernama sobakencana. Kemudian dihadiahi bumi Kendan atau kerajaan Kendan. Dia adalah "GAGAK LUMAYUNG" yang dalam ceritanya "di tataran suda dan sekitarnya ,tak ada yang mampu mengalahkan ilmu kesaktiannya. hingga suatu saat datang pasukan dari dinasti TANG yang hendak menaklukkan kerajaan tarumanegara. namun berkat gagak lumayung ,pasukan TANG dapat di halau dan tunggang-langgang meninggalkan Tarumanegara. semenjak itu Raden Gagak lumayung di beri sebutan ''KI AN SAN TANG'' yang artinya ''penakluk pasukan tang'' Di ceritakan Sang Kiansantang ini karena saking saktinya hingga dia rindu kepingin melihat darahnya sendiri seperti apa. Hingga sampailah di suatu ketika sa'at dia mendapat wangsit di tapabratanya bahwah di tanah Arab terdapat orang sakti mandraguna yang tak terkalahkan. Konon dengan ajian Napak Sancangnya raden kian santang mampu mengarungi lautan dengan berkuda saja. "Di mana dalam ceritanya ketika sampai di pesisir beliau bertemu seorang kakek ,dan padanya dia minta untuk di tunjukan di mana orang sakti yang Kian Santang maksud tersebut''. Dan dengan senang hati si-kakek tersebut menyanggupi untuk menunjukkannya, namun sebelumnya dia mengajak dahulu Kian-Santang untuk mampir ke rumahnya. Al-kisah setelah sampai di rumahnya. ternyata, tongkat dari sang kakek tersebut tertinggal di pesisir dan minta kian santang untuk mengambilkanya ,konon dikisahkan Si-Kian Santang tak mampu mencabutnya sampai tanganya berdarah-darah ,disitulah Kian Santang baru sadar kalau kakek itu adalah orang yang di carinya. Dan akhirnya dengan membaca kalimah syahadat yang di ajarkan sang kakek tadi "yang akhirnya menjadi guru spiritualnya" tongkat tersebut dapat di cabut .dan siapakah kakek tersebut? ya dia adalah taklain dan tak bukan syaidina ali menantu dari baginda nabi muhamad Cerita tersebut membumi sekali sampai saat sekarang. Dan yang aneh, kebanyakan orang menduga kalau Kian Santang itu adalah raden Walang Sungsang. dan itu sangat Pradoks karena tidak mungkin -kalau Kian Santang yang dimaksud putra Pajajaran dapat bertemu Saydina Ali, karena jelas tahunnya sangat Jauh, hampir 800 tahun lebih. kita boleh saja terkecoh namun sesungguhnya banyak sekali cerita yang sepadan dengan kisah raden walang sungsang tersebut. Dialah yang mengisahkan, justru dialah yang di kira pelaku raden walang sungsang atau pangeran cakrabuana sebagai tokoh yang diceritakan itu. padahal kisah itu di gali oleh Raden Walang Sungsang tujuannya adalah hanya sebagai media dakwah dalam penyebaran Islam di bumi Cirbon dan sekitarnya. Tapi ternyata, sampai sekarang banyak kalangan yang menyangka raden walangsungsang adalah kian santang bahkan ada yang menafikan Kian Santang adalah adik cakrabuana dan kakak dari rara santang. Tentu hal ini akan membuat bingung karena saydina ali hidup antara th 500-650an sedang raden walang sungsang atau babad tanah cirbon itu sekitar th 1400an. Raden walangsungsang mengambil cerita ini dari perpustakaan kerajaan pajajaran dengan pertimbangan karena kisah itu mirip dengan kisahnya, Yang di mana Kian Santang setelah pulang dari arab dia ingin meng-islamkan ayahnya prabu Damunawan namun di tolaknya dan Kian Santang memilih meninggalkan istana Galuh dan tahtanya di berikan adiknya yaitu writekandayu. Begitu pula raden walang sungsang yang pernah merantau ke arab dan meningkahkan adiknya rara santang yang di ambil istri oleh putra kerajaan mesir waktu itu dan pernikahan berlangsum di mesir yang dari perkawinan inilah nanti akan lahirlah raden syarif hidayatullah atau sunan gunung jati. Keinginan Walangsungsang untuk meng-islamkan Prabu Siliwangi pun ditolak mentah-mentah dan ayahnya tidak ingin bertarung dengan anaknya maka dia memilih mensucikan diri atau bertapa, konon beliau menjelma macan putih. Pengambilan kisah penokohan dalam sebuah ceritra seperti ini sebenarnya pernah pula terjadi pada era sebelum Raden Walang Sungsang yang tepatnya dilakukan oleh raja jaya-baya yang menurut cerita dia adalah raja islam pertama di tanah jawa, karena dia pernah berguru pada Syeh Ali Syamsuden, seorang ulama dari Mesir dan setelah itu menciptakan kitab Musrar atau yang terkenal dengan Kitab Jongko Joypboyo dari kerajaan panjalu atau kediri, di mana sewaktu masih di pegang raja airlangga kerajaan tersebut bernama kerajaan KAHURIPAN dan karena kedua anaknya semua meminta tahta maka kahuripan di bagi dua yaitu panjalu dan jenggala. Sepanjang perkembangan dua kerajaan tersebut selalu bermusuhan dan pada masa kerajaan panjalu dirajai oleh jaya baya, panjalu mampu menaklukkan jenggala dan di satukan lagi antara jenggala dan panjalu. Pada waktu panjalu menaklukkan jenggala Raja Jaya-Baya meminta empu sedha dan empu panuluh untuk mengutip naskah dari india yang judulnya maha barata. namun di ferifikasi dengan gaya jawa. Sebagai perlambang atas kemenangan perang saudara panjalu atas jenggala. Yang akhirnya kitab tersebut di beri judul Barata-Yuda. Dan dalam kisah klasik jawa ini banyak kalangan masarakat yang mengira bahwa Jaya Baya adalah kelanjutan dari trah barata yaitu cicit dari parikesit putra abimanyu dan kakek dari Angling Darma, padahal itu hanya fiksi. Juga kisah lainnya yang serupa pernah pula hadir kemasarakat yang tujuannya waktu itu sebagai media dakwah untuk melindungi rongrongan ajaran syariat terhadap kaum sufi. Maka ketika bergerak menyebarkan islam WALI SONGO menurt banyak kalangan membuat cerita al-halaj dalam fersi indonesia yaitu; cerita syeh siti jenar. Yang menurut doktor simon dari UGM berdasarkan temuannya karya-karya besar berupa naskah suluk dari Sunan Kalijaga dan lain sebagainya. Dapat di pastikan tokoh siti jenar adalah imajener hanya untuk media dakwah dan melindungi islam agar tetap pada ajaran ahlusunah wa jamaah. Dan sampai saat ini pendapat itu masih simpang siur dan menjadi perdebatan dan polemik panjang oleh para ahli sejarah di tanah air. Referensi lengkap disimpan oleh penulisnya. Siapapun boleh meminta dan "diberi atau tidak" tergantung tujuan dan keperluannya Lihat Humaniora Selengkapnya
Sesetengahnyamengatakan beliau dari keturunan kacukan Jawa dan Cina, dan yang lain pula menyatakan beliau berketurunan raja Majapahit. Mengikut huraian terakhir oleh Prof. Slamet Mulyana dalam bukunya "Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara", Raden Patah adalah putera Kertabumi, raja Majapahit (1466
Inilah ciri ciri keturunan raden kian santang dan ulasan lainnya yang berkaitan erat dengan topik ciri ciri keturunan raden kian santang serta aneka informasi dunia misteri yang Anda butuhkan. Silhkan klik pada judul artikel-artikel berikut ini untuk membaca penjelasan lengkap tentang ciri ciri keturunan raden kian santang. Semoga bermanfaat! …sampai sekarang banyak kalangan yang menyangka raden walangsungsang adalah kian santang bahkan ada yang menafikan kian santang adalah adik cakrabuana dan kakak dari rara santang. Raden walangsungsang mengambil cerita ini……Raden Patah. Raden Brawijaya tidak ingin berperang dengan anaknya sendiri dan kemudian Raden Brawijaya melarikan diri. Penolakan ayahnya untuk memeluk agama Islam membuat Raden Brawijaya terus dikejar-kejar oleh pasukan Demak……dialog tersebut, Raden Said mengatakan kepada Prabu Brawijaya V, bahwa yang datang ke Madjapahit adalah Putra beliau sendiri yang bernama Raden Patah, dan raden patah tidak bermaksud menguasai kerajaan tetapi……karena kafir. Maka dengan demikian keturunan Iram bin Sam bin Nuh sudah selesai riwayat kerasulannya sampai di penting dicatat, bahwa bangsa-bangsa dari keturunan Iram bin Sam bin Nuh ini……yang sama dialami oleh Raden Guwarsi. Oleh karena itu tanpa bertegur sapa lebih dulu, kedua satria yang sudah berujud kera itu langsung saling menyerang dengan hebatnya. Raden Guwarsa dan Raden……putri bangsawan Bali. Ayahnya seorang guru bernama Raden Soekeni Sosrodihardjo. Namun dari penelusuran secara spiritual, ayahanda Soekarno sejatinya adalah Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X. Nama kecil Soekarno adalah Raden Mas Malikul……Padjadjaran ini, yaitu terdapat ciri khas yang dapat dilihat secara kasat mata/lahiriyah untuk para keturunan Padjadjaran berupa tahi lalat yang membentuk seperti segitiga untuk seseorang yang masih ada keturunan dari……yang telah dinyatakan di dalam buku. Semua kriteria yang disebutkan dalam buku suci kaum Hindu Wedha tentang ciri-ciri “KALKY AUTAR” sama persis dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Rasulullah SAW. Dalam……atau Ronggolawe, salah seorang pendiri Kerajaan Majapahit. Jadi bila ditarik dari silsilah ini, Raden Syahid sebenarnya adalah anak turun pendiri kerajaan Majapahit. Raden Syahid lahir di Tuban saat Majapahit mengalami… Demikianlah beberapa uraian kami tentang ciri ciri keturunan raden kian santang. Jika Anda merasa belum jelas, bisa juga langsung mengajukan pertanyaan kepada MENARIK LAINNYACiri-ciri fisik keturunan Banten, mister sange, penunggu bambu petuk, ciri ciri keturunan brawijaya v, jodoh satrio piningit, Ciri keturunan Aji Saka, Pangeran sangga buana, asal usul mahesa suro, ciri-ciri keturunan jaka tingkir, Ciri-ciri KETURUNAN Tubagus
Inilahciri ciri keturunan raden kian santang dan ulasan lainnya yang berkaitan erat dengan topik ciri ciri keturunan raden kian santang serta aneka informasi dunia misteri yang Anda butuhkan. Silhkan klik pada judul artikel-artikel berikut ini untuk membaca penjelasan lengkap tentang ciri ciri keturunan raden kian santang. Semoga bermanfaat!
[Historiana] - Raden Kian Santang adalah salah satu nama dari sosok yang melegenda dan lekat di ingatan urang Sunda. Namanya dikenal memalui kisah yang dituturukan dari generasi ke generasi, bahkan pernah menjadi tayangan sinetron pavorit di salah satu televisi swasta nasional. Tak sulit bagi anda untuk menemukan sejarah perjalanan beliau di dunia maya. Sangat banyak artikel yang membahas topik tersebut dengan berbagai versi dan kajian masing masing. Semakin jauh anda menelusuri, akan semakin menemukan perbedaan pandangan antara satu sumber dengan sumber lainnya, termasuk tentang siapa sebenarnya yang dimaksud dengan tokoh “Kian Santang” tersebut. Dari sekian banyak tulisan dan sumber mengenai tokoh ini. Menlusuri sosok Kian Santang memerlukan juga identifikasi sosok Prabu Siliwangi saat itu. Termasuk 'membersihkan' kisah yang carut marut mengenai akhir kejayaan Kerajaan Pajajaran yang ditandai moksanya atau 'ngahiyangnya' Prabu Siliwangi. Sosok Kian Santang sering digambarkan mengejar ayahandanya, Prabu Siliwangi untuk menganut ajaran Islam. Karena sang prabu menolak, maka diperangi. Prabu Siliwangi bersama para pengikutnya melarikan diri ke hutan Sancang –di selatan Garut. Putranya terus memburu. Demi menghindari pertempuran lebih lanjut dengan anaknya, Sang Prabu ngahiang moksa dan bersalin rupa menjadi Macan Putih. Sementara para pengikutnya berubah wujud menjadi Macan Sancang. Salah satu versi cerita tutur masyarakat Sunda mengenai moksa Prabu Siliwangi di Sancang itu dihimpun Robert Wessing, antropolog University of Illinois, Amerika Serikat. Wessing menyebut cerita itu kental balutan mitos. Namun, mitos itu dapat dipahami melalui telusur konteks sosial dan historisnya, yang berkaitan dengan “perubahan politik di Jawa Barat dari kerajaan [Hindu] Vaisnava ke kerajaan Islam pada sekira 1579, serta orientasi masing-masing kerajaan,” tulis Wessing dalam “A Change in the Forest Myth and History in West Java”, dimuat Journal of Southeast Asian Studies, Vol 24, No 1, Maret 1993. Menurut Sutaarga, dalam berbagai naskah yang kebanyakan ditulis abad ke-19, nama Prabu Siliwangi dimuat untuk memenuhi kebutuhan para bupati yang berkuasa di berbagai kabupaten di Jawa Barat, khususnya Priangan. Mereka ingin mengaitkan hubungan trahnya dengan Prabu Siliwangi lewat babad-babad keluarga yang memuat pohon kekerabatan. Siapakah Sebenarnya Raden Kian Santang? Semua penulis, penelusur dan penutur sejarah sependapat bahwa Kian Santang adalah seorang Pangeran atau Raden atau Bangsawan, putra dari Prabu Siliwangi, dari Kerajaan Pajajaran. Lebih dari itu, ada banyak perbedaan pendapat. Sama seperti halnya dengan ayahandanya sendiri Prabu Siliwangi yang kisah hidupnya menjadi perbincangan banyak orang dengan berbagai versi dan pendapat masing masing. Kisah umum yang dikenal di masyarakat, bahwa Kian Santang adalah putra bungsu Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang. Di kisahkan, bahwa Prabu Siliwangi atau Jayadewata atau Sri Baduga Maharaja memilki tiga Istri. Istri pertamanya adalah Ambet Kasih putri dari Ki Gde Sindang Kasih, Lalu Subang Larang putri dari Ki Gde Ing Tapa, penguasa Singapura Sing Apura - Cirebon saat ini dan Kentring Manik Mayang Sunda putri uwaknya Prabhu Susuk Tunggal - Raja Sunda. Dari Subang Larang lahir Pangeran Cakrabuana atau Walangsungsang, Putri Lara Santang dan Kian Santang. Prabu Surawisesa putra Jayadewata dan Kentring Manik Mayang Sunda Sementara itu, padmawati permaisuri Kentring Manik Mayang Sunda adalah putri dari Prabu Susuktunggal yang tak lain adalah putri uwaknya sendiri yang menjadi Raja Kerajaan Sunda Pakuan - Bogor. Pernikahan Kentring Manik Mayang Sunda dengan Jayadewata sekaligus menjadikan Jayadewata Prabu Siliwangi sebagai pewaris Kerajaan Sunda dari uwaknya itu. Dengan demikian, pernikahan ini dan membuka jalan bagi penyatuan kembali kedua kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda yang terpisah kembali sejak di bagi 2 antara ayahanda Jayadewata yaitu Prabu Dewa Niskala dan uwaknya yaitu Prabu Susuk Tunggal. Maka 2 kerajaan itu melebur menjadi satu yakni kerajaan Pajajaran yang beribukota di Pakuan Bogor sekarang, sekaligus menjadikan Prabu Siliwangi sebagai Maharaja. Lalu siapa yang menjadi Permaisurinya? Jika melihat pengganti Jayadewata atau Prabu Siliwangi III adalah Prabu Surawisesa, putra dari Kentring Manik Mayang Sunda, maka yang menjadi permaisuri atau padmawati atau garwa padmi bisa dipastikan adalah Kentring Manik Mayang Sunda. Sebutan untuk selir di Jawa disebut Garwa Ampeyan dan di Sunda disebut garwa Ampi/Ampil. Apakah Kian Santang pernah menjadi Raja Pajajaran? Catatan sejarah menyebutkan bahwa penerus tahta Pajajaran sepeninggal Prabu Siliwangi Jayadewata/Sri Baduga Mahajaraja adalah Surawisesa putra Prabu Siliwangi dari istrinya yang bernama Kentring Manik Mayang Sunda. Dapat dipastikan bahwa dalam hirarki kerajaan Pajajaran yang berhak untuk menjadi putra Mahkota adalah seorang putra yang lahir dari Kentring Manik Mayang Sunda selaku Pewaris kerajaan Sunda Pakuan, dan dengan sendirinya kita dapat fahami bahwa yang menjadi permaisuri Prabu Siliwangi adalah Kentring Manik Mayang Sunda. Permaisuri memiliki hak khusus sehingga anak laki laki yang dilahirkannya berhak mutlak sebagai pewaris tahta kerajaan alias menjadi putra mahkota. Seperti yang kita ketahui, bahwa para raja biasanya memiliki lebih dari satu orang istri, sehingga diperlukan ketetapan menunjuk atau memilih atau menentukan salah satunya sebagai permaisuri dengan berbagai pertimbangan, untuk menghindari terjadinya ketidakpastian tentang pewaris tahta kerajaan yang berujung kepada perebutan tahta diantara keturunannya. Sementara itu, Kian Santang adalah putra Prabu Siliwangi dari Nyai Subang Larang. Dengan keterangan tersebut di atas, dapat dipastikan bahwa Kian Santang memang putra Prabu Siliwangi akan tetapi bukan pewaris tahta kerajaan Pajajaran. Dan sejarah pun mencatat, bahwa Kian Santang tidak masuk dalam jajaran tokoh yang pernah menjadi raja Pajajaran. Penokohan atau anggapan atau asumsi bahwa Kian Santang pernah menjadi Raja Pajajaran lalu mandeg pandito ratu atau sengaja meninggalkan tahta untuk tujuan lain termasuk untuk uzlah atau dakwah dan sebagainya bisa jadi sebagai akibat bias sejarah lisan antara tokoh Kian Santang dan Borosngora. Coba telusuri kisah Kian Santang dan Prabu Borosngora yang sama-sama bertemu dengan Sayidina Ali bin Abi Thalib. Kemudian ada juga beberapa orang menyebutkan bahwa Sayidina Ali bukan putra Abu Thalib tetapi Sayidina Ali yang lain. Baca juga Kian Santang, Kian Sancang dan Sayidina Ali bin Abi Thalib Yang Jarang Diketahui tentang Prabu Siliwangi Prabu Siliwangi Versi Wangsakerta, Limbangan, Sukapura & Parakanmuncang Cariosan Prabu Siliwangi Legenda Inilah 151 istri Prabu Siliwangi? Siapa saja nama-namanya.... Tahta kerajaan Sunda-Galuh - sebelum disebut Pajajaran, memang pernah sementara waktu dipegang oleh Pangeran Mangkubumi Suradipati atau Prabu Bunisora atau Prabu Kuda Lalean atau Batara Guru di Jampang, sepeninggal Prabu Maharaja Lingga Buana yang gugur di perang Bubad. Beliau memegang tampuk pimpinan kerajaan dikarenakan Pangeran Niskala Wastu Kencana selaku putra mahkota, ketika itu masih kanak kanak. Tahta Kerajaan diserahkan secara sukarela oleh Prabu Borosngora kepada Pangeran Niskala Wastu Kencana ketika sang pangeran telah mencapai usia dewasa. Apakah Kian Santang adalah Penyebar Islam? Pendapat ini menjadi arus utama para penutur sejarah Pajajaran. Disebut-sebut bahwa Kian Santang adalah seorang penyebar Islam. Hanya saja memang sejarah perjalanan Kian Santang menemukan Islam, terdapat kesimpangsiuran atau perbedaan alur cerita antara cerita tutur yang satu dengan lainnya. Arus utama hikayat hidupnya disebutkan bahwa Kian Santang memiliki kesaktian luar biasa sehingga tidak ada yang mampu menandinginya, sampai sampai beliau sangat ingin melihat darahnya sendiri tertumpah karena berhasil dilukai oleh lawan tarungnya. Konon, dalam kisah babad diceritakan se pulau Jawa bahkan Nusantara tidak ada orang sakti manapun yang mampu menandingi kesaktian Kian Santang. Benarkah demikian? Mengapa tidak ada kisah dari wilayah lain atau kerajaan lain di pulau Jawa apalagi dari luar Jawa yang mengisahkan sosok Kian Santang pernah bertarung dengan jagoan setempat? Kemudian seseorang datang memberikan informasi bahwa yang mampu mengalahkan beliau adalah orang Arab yang bernama Sayidina Ali. Singkat cerita beliau ahirnya berangkat ke tanah arab, dipelabuhan di tanah arab beliau bertemu dengan orang tua bertongkat yang siap mempertemukannya dengan Sayidina Ali. Kemudian sang pangeran di minta mencabut tongkat si orang tua yang ditancapkan di pasir pantai. Kian Santang gagal mencabut tongkat itu meski sudah mengerahkan seluruh kemampuannya. sejurus kemudian Kian Santang menyerah, si orang tua dengan mudah nya mencabut tongkat tersebut hanya dengan mengucapkan kalimat Basmalah. dan Itulah yang menjadi awal ber-Islam nya Kian Santang. Detil ceritanya memiliki beragam versi hanya saja inti-nya adalah seperti demikian. Sebenarnya ada banyak pertanyaan dibenak kita di zaman modern ini. Bagaimana Kian Santang berkomunikasi dengan sosok kakek tua yang ternyata Sayidina Ali itu? Kisah pertemuan dengan Sayidina Ali tersebut, memiliki kesamaan alur cerita dengan perjalanan Prabu Borosngora, meskipun antara Kian Santang dan Prabu Borosngora Terpisah 4 generasi Perhatikan silsilah raja Pajajaran. Bila saja yang dimaksud sebagai Sayidina Ali tersebut adalah Khalifah Ali Bin Abi Thalib yang juga saudara sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad maka menjadi lebih rumit lagi, karena baik Kian Santang maupun Prabu Borosngora yang hidup empat generasi lebih dulu dari Kian Santang, sama sama tidak hidup di zaman yang sama dengan Sayidina Ali. Prabu Borosngora menggantikan Linggabuana 1357 M Prabu Siliwangi menikahi Ambet Kasih, Subang Larang dan Kentring Manik Mayang Sunda Khalifah Ali Bin Abi Thalib telah wafat sekitar tahun 661 Masehi tepatnya tanggal 17 atau 19 Romadhon tahun ke 40 hijriah. Sedangkan Prabu Borosngora sendiri baru memegang sementara tahta Pajajaran menggantikan Kakaknya yang gugur di medan perang Bubat pada tahun 1357 masehi. lalu apa yang salah dengan kisah sejarah tutur tersebut? Kisah tutur dari Ciamis menyebutkan bahwa Prabu Borosngora bahkan menerima oleh-oleh berupa sebilah pedang dari Sayidina Ali dan pedang tersebut masih ada hingga kini. Demikian juga dengan Kian Santang. Bila didasarkan pada urutan waktu kejadian, Pastinya Sayidina Ali yang dimaksudkan bukanlah Sayudina Ali Bin Abi Thalib Khalifah ke-4 dari Khulafaurrasyidin. Baik dari Masa Borosngora sampai masanya Kian Santang, Pusat ke khalifahan Islam bahkan sudah berpindah ke Khalifah Usmaniyah Otoman di Turki bukan lagi di Jazirah Arab. Namun demikian hal yang demikian itu bukanlah hal yang tidak mungkin menurut para praktisi kebathinan. Silsilah Cakrabuana - Rara Santang- Kian Santang - Anak Subang Larang Menelusur lebih jauh ke belakang, telah disinggung sebelumnya bahwa Kian Santang adalah putra bungsu Prabu Siliwangi dari istrinya yang bernama Subang Larang anak dari Ki Gde Ing Tapa, Syah Bandar Singapura kini Cirebon. Dalam sejarah berdirinya Masjid Agung Karawang, disebutkan bahwa Subang Larang adalah salah satu murid santriwati dari Syech Hasanuddin alias Syech Quro di pondok Quro Karawang. Pernikahan antara Prabu Siliwangi dengan Subang Larang terjadi setelah Sang Prabu memenuhi persyaratan yang diminta oleh Subang Larang, salah satunya adalah beliau Prabu Siliwangi harus ber-Islam. Lukisan Lontar karya Alam Wangsa Ungkara Dilihat dari sejarah tersebut dapat kita pahami bagaimana sulitnya Subang Larang membesarkan anak anaknya secara Islami ditengah kehidupan kraton dan kerajaan yang masih menganut 'ageman Sunda Wiwitan'. Wajar bila kemudian beliau mengirim anak anaknya ke rumah orang tuanya di Cirebon untuk mendapatkan pendidikan Islam di suasana yang lebih Islami. Islam sudah berkembang dengan baik di Cirebon ketika itu. Artinya bahwa, ketiga anak Prabu Siliwangi dari Subang Larang memang sudah menganut Islam sejak awal. Tidak terlalu aneh bila setelah dewasa anak anak Subang Larang menjadi tokoh penyebar Islam di wilayah yang mereka pun memiliki hak atasnya. Apakah Kian Santang adalah Pangeran Cakrabuana? Kian Santang sering disebut Prabu Kiansantang. Benarkah ia pernah menjadi seorang raja? Berdasarkan keterangan di atas, bahwa penerus Maha Prabu Jayadewata/Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi III di Pajajaran adalah Prabu Surawisesa Siliwangi IV. Dimanakah Kian Santang menjadi raja? Telah menjadi kenentuan yang umum di zaman Kerajaan Sunda-Galuh, bahwa anak-anak raja akan ditempatkan memimpin wilayah-wilayah dalam lingkup Kerajaan induk. Para pemimpin kerajaan bawahan itu kerap disebut raja atau prabu. Sementara untuk kerajaan induk disebut Maharaja atau Mahaprabu. Jadi, kita bisa mengasumsikan bahwa Kian Santang menjadi raja wilayah sebagai bawahan Pajajaran. Sejarah Cirebon nyaris tak menyinggung dan mengisahkan Kian Santang. Meski dua tokoh utama dalam sejarah berdirinya kesultanan Cirebon adalah Anak anak Prabu Siliwangi dari Subang Larang. Mereka adalah Pangeran Cakrabuana dan Putri Rara Santang. Bisa jadi hal ini yang kemudian memunculkan dugaan atau teori yang menganggap bahwa Kian Santang sesungguhnya adalah Pangeran Cakrabuana sendiri. Ayah dan Bunda biasanya hanya akan mengizinkan anak anaknya meninggalkan rumah untuk melanjutkan pembelajaran setelah mencapai usia dewasa. Perjalanan Pangeran Cakrabuana sampai ahirnya tinggal bersama kakeknya di Cirebon pun pada awalnya dijalani sendirian sampai kemudian adik perempuannya, Rara Santang menyusulnya. Cukup masuk akal bila saat itu Kian Santang yang masih belum mencapai usia dewasa tidak pergi bersama dua kakaknya, tapi masih tinggal di keraton Pajajaran bersama orang tuanya. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Raden Kian Santang adalah Pangeran Cakrabuana. Bila demikian, maka yang memulai berdirinya kesultanan Cirebon adalah Kian Santang, termasuk yang mendirikan kraton Pakungwati, lalu menikahkan putrinya dengan Syarif Hidatullah. Dan tentu saja berarti Kian Santang adalah juga mertua Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati. Pernyataan itu sama sekali bertolak belakang dengan sejarah kesultanan cirebon. Cikal bakal kesultanan Cirebon dimulai oleh Pangeran Cakrabuana yang ditunjuk oleh ayahnya sendiri Prabu Siliwangi untuk menjadi penguasa disana sebagai bagian dari Pajajaran. Bermodalkan harta dari Kakeknya dari pihak Ibu beliau membangun kraton Pakungwati yang namanya diambil dari nama putrinya. Pangeran Cakrabuana ke tanah arab bersama adik perempuannya Rara Santang tinggal di kediaman kerabat dari kakeknya. Melaksanakan ibadah haji dan menetap cukup lama disana untuk belajar Islam, baru kemudian pulang ke tanah Jawa tanpa ditemani oleh Rara Santang yang sudah menikah di tanah Arab. Intinya adalah bahwa Pangeran Cakrabuana berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji, menyempurnakan rukun Islam yang lima, maknanya beliau sudah muslim sebelum berangkat ke Arab. Beliau sudah “nyantri” di Cirebon memahami ajaran Islam cukup lama sebelum kemudian berangkat ke tanah suci. Tentang sejarah Islam di Cirebon Anda bisa menelusur lebih jauh tentang Syech Datuk Kahfi atau varian nama lainnya. Bandingkan dengan sejarah Kian Santang yang mainstream menyebutkan bahwa beliau berangkat ke tanah Arab untuk menemukan lawan tanding yang mampu mengalahkannya, yakni orang yang bernama “Sayidina Ali”. Sampai kemudian memeluk agama Islam, Maknanya bahwa, berdasarkan kisah tutur tersebut, Kian Santang berangkat ke tanah Arab sebelum menjadi muslim. disebutkan bahwa beliau justru mulai memeluk Islam di tanah Arab setelah kalah telak kesaktiannya dengan orang yang dikenal dengan nama “Sayidina Ali”. Kian Santang kembali ke tanah air berusaha meng-Islamkan ayahandanya namun gagal dan kembali lagi ke tanah suci untuk belajar dalam kurun waktu yang cukup lama. Setelah cukup menimba ilmu di tanah suci beliau kembali ke Pajajaran, melanjutkan upaya meng-islamkan ayahandanya. Sedangkan Pangeran Cakrabuana kembali ke tanah Jawa dari tanah arab, melanjutkan pengembangan dakwah, membuka wilayah baru, membangun kraton, menjalankan roda pemerintahan di wilayah yang kini disebut Cirebon, sebagai bagian dari kerajaan Pajajaran. Cirebon merupakan salah satu gerbang laut utama bagi Kerajaan Pajajaran selain Banten dan Sunda Kelapa. Dari alur cerita tutur yang beredar pun sangat jelas bahwa Kian Santang dan Pangeran Cakrabuana adalah dua sosok yang berbeda. Jika Cakrabuana dan Kian Santang adalah sosok yang sama, maka jelas sekali bahwa kian Santang pernah menjadi raja. Oleh sebab itu penyebutan "Prabu" kepada Kian Santang menjadi masuk akal. Namun bila memang keduanya adalah sosok berbeda, lalu Kian Santang menjadi raja di kerajaan mana? Referensi “A Change in the Forest Myth and History in West Java”, oleh Robert Wessing. Journal of Southeast Asian Studies, Vol 24, No 1, Maret 1993. "Apakah Kian Santang adalah Pangeran Cakrabuana ?" oleh Hendra Gunawan. Diakses 22 Mei 2020. "Siapakah Raden Kian Santang?" oleh Hendra Gunawan. Diakses 22 Mei 2020. "Tjerita Prabu Anggalarang, Babad Pajajaran, Babad Siliwangi, dan Wawatjan Tjarios Prabu Siliwangi." "Mencari Prabu Siliwangi Prabu Siliwangi menjadi tapal batas peralihan zaman. Sosoknya terselubung misteri antara mitos dan realitas." Oleh Yudi Anugrah Nugroho. Diakses 22 Mei 2020. "Garwa Ampil" Diakses 22 Mei 2020.
makamPATILASAN Raden Surya kencana di cigobang yg tidak tersorot camera
- Inilah ciri ciri keturunan raden kian santang, pembahasan tentang aneka hal yang erat kaitannya dengan ciri ciri keturunan raden kian santang serta keajaiban-keajaiban dunia sejumlah artikel penting tentang ciri ciri keturunan raden kian santang berikut ini dan pilih yang terbaik untuk Anda.…Santang juga demikian, selalu berakhir dengan asumsi penuh ketidakpastian. Kian Santang adalah putera dari Prabu Siliwangi, raja Padjajaran yang terkenal dengan pusaka Kujang Kembarnya. Kian Santang adalah anak bungsu dari……mereka tipis. Yafith menurunkan keturunan yang berwajah datar dan bermata kecil atau sipit. Sedangkan Sam menurunkan keturunan yang berwajah tampan dan berambut indah. Keturunan Ham Kush bin Ham Ibnu Thabari……menyampaikan bahwa Raden Wijaya menyerah dan bermaksud untuk mengabdi kepada Prabu Jayakatwang. Permohonan tersebut disetujui oleh Prabu Jayakatwang. buah maja Raden Wijaya Berangkat ke Kediri Raden Wijaya kemudian berangkat ke……Patih Mundarang, Raden Wijaya memancal tanah bajakan sehingga jatuh didada dan dahi ki Patih ,Raden Wijaya pun berhasil lolos dari kejaran musuh. Pasukan Raden Wijaya Melarikan Diri Setelah beristirahat sejenak……luar adalah Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus. CIRI-CIRI PLANET DALAM Planet Bagian Dalam Tata Surya Nah, ciri-ciri planet dalam terrestial planets atau planet kebumian adalah Memiliki komposisi batuan yang padat,……keturunan-keturunannya yang kemudian menjadi para dewa mulai dari Batara Guru sampai raja-raja di Tanah Jawi. Di lain pihak, Sayid Anwas yang besar dalam asuhan Nabi Adam, keturunanya kemudian menjadi manusia-manusia……dinisbatkan kepada keturunan Bangsa Malai yang tinggal di ujung utara pulau sumatera. Bangsa yang pertama datang adalah Bangsa Hindia Malaya Himalaya. Bangsa Himalaya merupakan interaksi antara Bangsa Hindia keturunan Kusy……putra di antaranya adalah 1. Ratu Pembayun Lajer Putri 2. Raden Bondhan Kejawan / Lembupeteng Tarub Lajer Putra 3. Raden Patah / Jin Bun / Sultan Buntoro Demak I……yang sering melekat pada bangsa Yahudi, yakni Ibri, Israel, dan Yahudi. Bangsa Yahudi adalah keturunan dari ras Semit yang umumnya memiliki ciri-ciri fisik berambut pirang, bermata biru dan berhidung besar…Demikianlah beberapa ulasan tentang ciri ciri keturunan raden kian santang. Jika Anda merasa belum jelas, bisa juga langsung mengajukan pertanyaan kepada MENARIK LAINNYAmanfaat pohon kaboa, Java tel aviv, kayu tlogosari, orang terkaya di dharmasraya, naskah drama bahasa sunda 10 orang, sunan pangkat, tokoh wayang berdasarkan weton, penguasa gaib pulau sumatera, Ki sapu angin, 9 gunung suci di jawa
SedangkanRaden Rara Santang sewaktu di Makkah diperistri oleh Sultan Mesir yang bernama Syarif Abdullah. Adik Raden Walangsungsang yang bungsu adalah laki-laki bernama 3. Raden Sangara ( 1428 Masehi) atau Pangeran Kian Santang, pada masa dewasanya menjadi Muballigh untuk menyebarkan agama Islam di daerah Garut.
Kian Santang adalah tokoh tasawuf dari tanah pasundan yang ceritanya melegenda khususnya di hati masarakat pasundan dan kaum tasawuf ditanah air pada umumnya. Tokoh kian-santang ini pertama kali berhembus dan dikisahkan oleh raden CAKRABUANA atau pangeran walangsungsang ketika menyebarkan islam di tanah cirebon dan pasundan. Pangeran cakrabuana adalah anak dari prabu sili-wangi atau jaya dewata raja pajajaran, yang dilahirkan dari permaisuri ketiga yang bernama nyi subang larang, subang-larang sendiri murid dari mubaliq kondang yaitu syeh maulana-hasanudin atau terkenal dengan syeh kuro krawang. Sejarah Disebut’ atau di panggil “Kian San Tang” Mulanya yaitu, ketika raden walangsungsang memilih untuk pergi meninggalkan galuh pakuan atau pajajaran, yang di sibebabkan oleh keberbedaan haluan dengan keyakinan ayahnya yang memeluk agama “shangyang”, pada waktu itu. diriwayatkan beliau berkelana mensyi’arkan islam bersama adiknya yaitu rara santang ibu dari syarif hidayatullah atau “sunan gunung jati” dengan membuka perkampungan di pesisir utara yang menjadi cikal-bakal kerajaan caruban atau kasunanan cirebon yang sekarang adalah “kota madya cirebon”. Silsilah prabu Kian Santang Legenda kian-santang sendiri diambil dari sebuah kisah nyata, dari tanah pasundan tempo dulu yang ceritanya pada waktu itu tersimpan rapi berbentuk buku di perpustakaan kerajaan pajajaran. Karena pajajaran adalah hasil penyatuan dua kerajaan antara galuh dan kerajaan sunda pura yang dimana kerajaan galuh dan sundapura adalah dua kerajaan pecahan dari taruma negara, yang di masa prabu PURNA-WARMAN yaitu raja ketiga dari kerajaan taruma negara yang di pecah menjadi dua yaitu tarumanegara yang berganti sundapura dan ibukota lama menjadi galuh pakuan. Dan jaya dewata menyatukan kembali dua pecahan kerajaan taruma negara menjadi pajajaran. Silsilah prabu Kian Santang Di mana di kisahkan pada waktu itu yaitu abad ke 4m atau tahun 450 pernah terdapat putra mahkota yang sakti mandraguna bernama GAGAK LUMAYUNG yang dalam ceritanya “di tataran suda dan sekitarnya ,tak ada yang mampu mengalahkan ilmu kesaktiannya. hingga suatu saat datang pasukan dari dinasti TANG yang hendak menaklukkan kerajaan tarumanegara. namun berkat gagak lumayung, pasukan TANG dapat di halau dan tunggang-langgang meninggalkan taruma negara. Semenjak itu raden gagak lumayung di beri sebutan ”KI AN SAN TANG” atau ”penakluk pasukan tang” Di ceritakan sang kiansantang ini karena saking saktinya hingga dia rindu kepingin melihat darahnya sendiri. Hingga sampailah di suatu ketika sa’at dia mendapat wangsit di tapabratanya bahwah di tanah arab terdapat orang sakti mandraguna. Kisah Asal Mula Kian Santang Masuk Islam Konon dengan ajian napak sancangnya raden kian santang mampu mengarungi lautan dengan berkuda saja. “Di mana dalam ceritanya ketika sampai di pesisir beliau bertemu seorang kakek ,dan padanya dia minta untuk di tunjukan di mana orang sakti yang kian santang maksud tersebut”. Dan dengan senang hati si-kakek tersebut menyanggupinya dan sementara dia mengajak beliau “kiansantang” untuk mampir dulu ke rumahnya. Al-kisah setelah sampai di rumahnya tongkat dari sang kakek tersebut tertinggal di pesisir dan minta kian santang untuk mengambilkanya ,konon dikisahkan si-kian santang tak mampu mencabutnya sampai tanganya berdarah-darah ,disitulah kian santang baru sadar kalau kakek itu adalah orang yang di carinya. Dan akhirnya dengan membaca kalimah syahadat yang di ajarkan sang kakek tadi “yang akhirnya menjadi guru spiritualnya” tongkat tersebut dapat di cabut . Cerita tersebut membumi sekali sampai saat sekarang. Dan yang aneh, kebanyakan orang menduga kalau kian santang itu adalah raden walang sungsang. Padahal banyak sekali cerita yang sepadan dengan kisah raden walang sungsang tersebut. Yang sesungguhnya dialah yang mengisahkan justru dialah yang di kira pelaku raden walang sungsang atau pangeran cakrabuana sebagai tokoh yang diceritakan itu. Tujuannya adalah hanya sebagai media dakwah dan penyebaran islam di bumi cirbon dan sekitarnya. Sehingga sampai sekarang banyak kalangan yang menyangka raden walangsungsang adalah kian santang bahkan ada yang menafikan kian santang adalah adik cakrabuana dan kakak dari rara santang. Al Qur’an –Prabu Kian Santang Raden walangsungsang mengambil cerita ini dari perpustakaan kerajaan pajajaran dengan pertimbangan karena kisah itu mirip dengan kisahnya, Yang di mana kian santang setelah pulang dari arab dia ingin meng-islamkan ayahnya prabu purnawarman namun di tolaknya dan kian santang memilih meninggalkan istana dan tahtanya di berikan adiknya yaitu darmayawarman. Begitu pula raden walang sungsang yang pernah merantau ke arab dan meningkahkan adiknya rara santang yang di ambil istri oleh putra kerajaan mesir waktu itu dan pernikahan berlangsum di mesir yang dari perkawinan inilah nanti akan lahirlah raden syarif hidayatullah atau sunan gunung jati. Keinginan Walangsungsang untuk meng-islamkan prabu siliwangi ditolak mentah-mentah dan ayahnya tidak ingin bertarung dengan anaknya maka dia memilih mensucikan diri atau bertapa, konon beliau menjelma macan putih. Pengambilan kisah penokohan dalam sebuah ceritra seperti ini sebenarnya pernah pula terjadi pada era sebelum raden walang sungsang yang tepatnya dilakukan oleh raja jaya-baya raja islam pertama di tanah jawa dari kerajaan panjalu atau kediri, di mana suaktu masih di pegang raja airlangga kerajaan tersebut bernama kerajaan KAHURIPAN dan karena kedua anaknya semua meminta tahta maka kahuripan di bagi dua yaitu panjalu dan jenggala. Sepanjang perkembangan dua kerajaan tersebut selalu bermusuhan dan pada masa kerajaan panjalu dirajai oleh jaya baya, panjalu mampu menaklukkan jenggala dan di satukan lagi antara jenggala dan panjalu. Pada waktu panjalu menaklukkan jenggala rajanya jaya-baya meminta empu sedha dan empu panuluh untuk mengutip naskah dari india yang judulnya maha barata. namun di ferifikasi dengan gaya jawa. Sebagai perlambang atas kemenangan perang saudara panjalu atas jenggala. Yang akhirnya kitab tersebut di beri judul barata-yuda. Dan dalam kisah klasik jawa ini banyak kalangan masarakat yang mengira bahwa jaya baya adalah kelanjutan dari trah barata yaitu cicit dari parikesit putra abimanyu. Juga kisah lainnya yang serupa pernah pula hadir kemasarakat yang tujuannya waktu itu sebagai media dakwah untuk melindungi rongrongan ajaran syariat terhadap kaum ketika bergerak menyebarkan islam WALI SONGO menurt banyak kalangan membuat cerita al-halaq fersi indonesia yaitu syeh siti jenar. Yang menurut Doktor Simon dari UGM Yogja berdasarkan temuannya karya-karya besar berupa naskah suluk dari sunan kali jaga dan lain sebagainya. Dapat di pastikan tokoh siti jenar adalah imajener hanya untuk media dakwah dan melindungi islam agar tetap pada ajaran ahlusunah wa jamaah. Dan sampai saat ini pendapat itu masih simpang siur dan menjadi perdebatan dan polemik panjang oleh para ahli sejarah di tanah air. Versi lain dari Kisah Kian Santang masuk Agama Islam Setelah selesai mujasmedi, Galantrang Setra meninggalkan Pajajaran menuju Tanah Mekkah dengan membawa bekal secukupnya. Hatinya tak sabar lagi ingin bertemu Sayyidina Ali. Sepanjang perjalanan dia membayangkan pertarungan hebat antara dirinya dengan orang Mekkah tersebut. Terbesit juga dalam pikirannya bahwa akhirnya dialah yang menang. Dengan begitu maka dia akan dikenal sebagai pendekar pinunjul di seluruh jagat, bukan hanya di tanah Pasundan. Kisah Kian Santang di Mekah Betapa kecewa hati Kiansantang karena ayahnya menolak masuk Islam. Padahal menurutnya, Islam-lah agama yang benar. Dengan susah payah, dia membujuk ayahnya. Tapi tiada hasilnya. Prabu Siliwangi tetap memuja dewa. Hal ini membuatnya sadar, bahwa pengetahuannya tentang Islam masih sedikit sekali dan belum memahami cara-cara dakwah. Akhirnya dia kembali ke Mekkah untuk belajar Islam lebih mendalam. Setelah tujuh tahun bermukim di sana, Prabu Kiansantang pulang lagi ke Pajajaran bersama dengan saudagar Arab. Saudagar itu bertujuan untuk berdagang di Pajajaran sambil membantu Kiansantang menyebarkan Islam. Dengan bantuan para saudagar, Kiansantang menyebarkan Islam di kalangan masyarakat. Rencananya dia juga akan menyebarkan Islam di kalangan istana, terutama mengislamkan ayahandanya. Keinginan Ayahnya Masuk Islam Setelah tidak berhasil mengislamkan ayahnya, Kiansantang pulang kembali ke keraton Pajajaran di Bogor. Dia biarkan ayah dan semua pengiringnya bersembunyi di Goa Sancang. Dalam perjalanan pulang, dia bertemu dengan seseorang yang katanya sedang mencari-cari dirinya. Orang itu mengaku ingin masuk Islam. Tentu saja ini membuatnya sangat gembira. Ternyata ada orang yang dengan sukarela sudi masuk agama Allah. Maka dia pun membimbing orang asing itu mengucapkan dua kalimah syahadat. Kiansantang mengajarkan bahwa Islam itu sangat memperhatikan kebersihan. Bahkan kebersihan itu bagian dari iman. Karena itu, seorang muslim harus selalu membersihkan dirinya, baik kebersihan lahir maupun batin. Salah satu bagian tubuh yang harus dibersihkan adalah kemaluan. Jika kemaluan tidak bersih dari najis, maka tidak syah shalatnya. Sedangkan dzakar sulit dibersihkan karena ada kuncupnya. Supaya gampang dibersihkan, maka kuncupnya harus dibuang. Akhirnya orang yang baru masuk Islam itupun mau dikhitan. Acara khitanan dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, tanpa resepsi dan yang mengkhitan pun Kiansantang sendiri. Mungkin karena terlalu gembira dan belum banyak pengalaman, Kiansantang gugup ketika mengkhitan, sehingga bukan hanya kuncupnya yang terpotong, tapi juga batang dzakarnya. Akibatnya orang itu mati. Mungkin karena kehabisan darah. Prabu Kiansantang Dan Aji Suket Kalanjana“Niat ingsun amatek ajiku si suket kalanjana, aji pengawasan soko sang hyang pramana, byar padhang jumengglang paningalingsun, sakabehing sipat podho katon saking kersaning Allah” Untuk memiliki ajian ini maka harus menjalani laku yang berat yaitu puasa 40 hari, patigeni sehari semalam mulai hari Kamis Kliwon. Mantra dibaca setiap jam 12 malam selama menjalani puasa dan patigeni. Cakrabuana, Syarif Hidayatullah, dan Kian Santang; Tiga Tokoh Penyebar Agama Islam di Tanah Pasundan BERBICARA tentang proses masuknya Islam Islamisasi di seluruh tanah Pasundan atau tatar Sunda yang sekarang masuk ke dalam wilayah Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat, maka mesti berbicara tentang tokoh penyebar dari agama mayoritas yang dianut suku Sunda tersebut. Menurut sumber sejarah lokal baik lisan maupun tulisan bahwa tokoh utama penyebar Islam awal di tanah Pasundan adalah tiga orang keturunan raja Pajajaran, yaitu Pangeran Cakrabuana, Syarif Hidayatullah, dan Prabu Kian Santang. Sampai saat ini, masih terdapat sebagian penulis sejarah yang meragukan keberadaan dan peran dari ketiga tokoh tersebut. Munculnya keraguan itu salah satunya disebabkan oleh banyaknya nama yang ditujukan kepada mereka. Misalnya, dalam catatan beberapa penulis sejarah nasional disebutkan bahwa nama Paletehan Fadhilah Khan disamakan dengan Syarif Hidayatullah. Padahal dalam sumber sejarah lokal cerita babad, dua nama tersebut merupakan dua nama berbeda dari dua aktor sejarah dan memiliki peranan serta kedudukan yang berbeda pula dalam proses penyebaran Islam di tanah Pasundan dan Nusantara. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang pertama sukses menyebarkan agama Islam di tatar Sunda adalah Pangeran Cakrabuana atau Walangsungsang atau Ki Samadullah atau Haji Abdullah Iman. Ia merupakan Kakak Nyai Mas Lara Santang dan Kian Santang, dan ketiganya merupakan anak-anak dari Prabu Siliwangi. Dengan demikian, ia merupakan paman ua; Sunda dari Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati. Ia dimakamkan di Gunung Sembung dan makamnya berada luar komplek pemakaman panyawéran; Sunda Sunan Gunung Jati. Tokoh Syarif Hidayatullah Tokoh Kian Santang dalam menyebarkan agama Islam Senjata Pusaka – Prabu Kian Santang Dalam sejarah Godog, Kian Santang disebutnya sebagai orang suci dari Cirebon yang pergi ke Preanger Priangan dan dari pantai utara. Ia membawa sejumlah pengikut agama Islam. Adapun yang menjadi sahabat Kian Santang setelah mereka masuk Islam dan bersama-sama menyebarkan Islam, menurut P. de Roo de la Faille, berjumlah 11 orang, yaitu 1 Saharepen Nagele, 2 Sembah Dora, 3 Sembu Kuwu Kandang Sakti Sapi, 4 Penghulu Gusti, 5 Raden Halipah Kandang Haur, 6 Prabu Kasiringanwati atau Raden Sinom atau Dalem Lebaksiuh, 7 Saharepen Agung, 8 Panengah, 9 Santuwan Suci, 10 Santuwan Suci Maraja, dan 11 Dalem Pangerjaya. Sumber lainnya yang dapat dijadikan alat bantu untuk mengetahui proses perkembangan Islam di tanah Pasundan ialah artefak fisik seperti keraton, benda-benda pusaka, maqam-maqam para wali, dan pondok pesantren. Khusus mengenai maqam para wali dan penyebar Islam di tanah Pasundan adalah termasuk cukup banyak seperti Syeikh Abdul Muhyi Tasikmalaya, Sunan Rahmat Garut, Eyang Papak Garut, Syeikh Jafar Sidik Garut, Sunan Mansyur Pandeglang, dan Syeikh Qura Kerawang. Lazimnya di sekitar area maqam-maqam itu sering ditemukan naskah-naskah yang memiliki hubungan langsung dengan penyebaran Islam atau dakwah yang telah dilakukan para wali tersebut, baik berupa ajaran fiqh, tasawuf, ilmu kalam, atau kitab al-Qur’an yang tulisannya merupakan tulisan tangan. Pertememuan dengan Sayidina Ali Para petinggi dan raja-raja lokal lainnya yang secara langsung diIslamkan oleh Kian Santang di antaranya, ialah 1 Santowan Suci Mareja sahabat Kian Santang yang makamnya terletak dekat makam Kian Santang; 2 Sunan Sirapuji Raja Panembong, Bayongbong, 3 Sunan Batuwangi yang sekarang terletak di kecamatan Singajaya ia dihadiahi tombak oleh Kian Santang dan sekarang menjadi pusaka Sukapura dan ada di raja-raja lokal inilah selanjutnya Islam menyebar ke seluruh tanah Priangan. Kemudian setelah itu Islam disebarkan oleh para penyebar Islam generasi berikutnya, yaitu para sufi seperti Syeikh Jafar Sidiq Penganut Syatariah di Limbangan, Eyang Papak, Syeikh Fatah Rahmatullah Tanjung Singguru, Samarang, Garut, Syeikh Abdul Muhyi penganut Syatariyah; Pamijahan, Tasikmalaya, dan para menak dan ulama dari Cirebon dan Mataram seperti Pangeran Santri di Sumedang dan Arif Muhammad di Cangkuang Garut. . Kian Santang Pernah menjadi Raja Pajajaran Kian Santang WafatAkhirnya, dia kembali pergi menuju arah utara, ke wilayah Garut. Ketika sampai di sebuah gunung, diletakkanlah peti petunjuk itu di atas tanah. Tiba-tiba si peti godeg alias bergoyang-goyang. Ini pertanda tempat itu baik untuk dihuni. Maka disitulah Kiansantang tinggal hingga wafatnya setelah bertafakur selama sembilan belas tahun. Prasassti Ciburuy -Garut Kiansantang wafat dalam usia seratus enam tahun dan dimakamkan di sana. Kini tempat itu terkenal sebagai Makam Keramat Godog atau Makam Sunan Rohmat Suci. Sekitar satu kilo meter dari tempat ini berdirilah Masjid Pusaka Keramat Godog yang konon dibangun Kiansantang semasa uzlah. Dua tempat itu menjadi bukti adanya wali yang berasal dari keluarga raja Pajajaran. Penutup; Demikianlah sekilas mengenai uraian historis tentang Prabu Kian Santang dan perannya bersama Pangeran Cakrabuana dan Syarif Hidayatullah dalam proses penyebaran Islam di tanah Pasundan yang sekarang menjadi tiga wialyah, yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat beberapa kesimpulan dan temuan sementara yang dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. Pertama, bahwa orang yang pertama menyebarkan Islam di daerah pesisir utara Cirebon adalah Pangeran Walangsungsang atau Adipati Cakrabuana atau Ki Cakrabumi atau Ki Samadullah atau Syeikh Abdul Iman, yang mendirikan kerajaan pertama Islam Pakungwati. Ia adalah ua dari Syarif Hdiayatullah. Lokasi Petilasan – Prabu Kian Santang Kedua, Kian Santang merupakan anak ketiga dari pasangan Prabu Siliwangi dan Nyi Subang Larang yang beragama Islam. Ia dilahirkan pada tahun 1425, dua puluh lima tahun sebelum lahir Sunan Gunung Jati dan Mualana Syarif Hidayatullah. Ia mulai menyebarkan agama Islam di Godog, Garut pada tahun 1445. Ia adalah penyebar Islam pertama di pedalaman tatar Sunda. Ia merupakan paman dari Syarif Hidayatullah. Ia disebutkan berasal dari wilayah Cirebon, tepatnya dari Kerajaan Sindangkasih Majalengka.Ketiga, Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati adalah nama tokoh yang berbeda dengan Faletehan. Keduanya memiliki peran yang berbeda dalam usaha menyebarkan agama Islam di tanah Pasundan. Mengenai tokoh yang disebutkan sebagai Sayidina Ali dalam cerita ini, memang sedikit kontroversial. Mengingat kejadian, apakah mungkin yang dimaksud Sayidina Ali di sini adalah Ali Bin Abi Tholib RA, khalifah keempat dalam jajaran Khulafaur Rasyidin? Ataukah yang dimaksudkan adalah tokoh Sayidina Ali yang lain, mengingat angka tahun kejadian yang terpaut sangat jauh dengan masa kehidupan Sayidina Ali Bin Abi Tholib RA? Wallahu’alam. Daftar Pustaka• Didi Suryadi. 1977. Babad Limbangan.• Edi S. Ekajati. 1992. Sejarah Lokal Jawa Barat. Jakarta Interumas Sejahtera.• _________. 1995. Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarahi. Jakarta Pustaka Jaya.• Hamka. 1960. Sejarah Umat Islam. Jakarta Nusantara.• Pemerintahan Propinsi Jawa Barat. 1983. Rintisan Penelusuran Masa Silam Sejarah Jawa Barat.• Sulaemen Anggadiparaja. Sejarah Garut Dari Masa Ke Masa. Diktat.• Yuyus Suherman. 1995. Sejarah Perintisan Penyebaran Islam di Tatar Pustaka.
Menurutbabad Cianjur, Pangeran Surya Kencana dinikahkan oleh ayahnya dengan salah satu putri dari bangsa jin dan hingga kini bersemayam di Gunung Gede. Hal yang sama terjadi pula pada putri Jayasasana lainnya , Ny. R. Endang Sukaesih yang bersemayam di Gunung Ceremai dan R. Andika Wirusajagad yang menguasai Gunung Karawang.
PORTAL MAJALENGKA - Raden Kian Santang atau Raja Sengara merupakan paman dari Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati adalah putra dari Nyimas Rara Santang yang merupakan putri dari Prabu Siliwangi. Sedangkan Raden Kian Santang adalah adik dari Nyimas Rara Santang. Prabu Siliwangi, kakek Sunan Gunung Jati dari pernikahannya dengan Nyimas Subang Larang memiliki 2 orang putra dan satu orang putri yaitu Baca Juga KISAH Nyai Subang Larang dan Prabu Siliwangi Melahirkan Walangsungsang, Rara Santang dan Kian Santang 1. Pangeran Walang Sungsang 2. Nyimas Rara Santang 3. Raden Kian Santang Satu-satunya putra Nyimas Subang Larang yang tinggal di Pajajaran hanyalah Raden Kian Santang, karena Pangeran Walang Sungsang dan Nyimas Rara Santang memutuskan pergi dari Pajajaran. Keduanya pergi untuk menimba ilmu agama Islam yang diamanatkan Nyimas Subang Larang sewaktu masih hidup. Diceritakan, Raden Kian Santang hidup dan tinggal di kerajaan bersama Prabu Siliwangi.
. 464 114 413 370 407 412 387 484
raden surya kencana keturunan kian santang